I LIKE THIS GUY SOO MUCH!

I LIKE THIS GUY SOO MUCH!

Sabtu, 17 Mei 2014

(FF) Just the way you are ( part 1)

Genre : Romance, Teen, School-life, Fanfiction
Length : Chaptered
Main cast :
      - Yoon Bomi (Apink)
      - Mark Tuan (GOT7)
Support cast : find out!

Disclaimer : This is my first ff! i only own the story line. cerita ini hanya fiksi dan maaf jika terdapat kesamaan alur, itu murni ketidaksengajaan. nyuahahaha :3


Hanya wanita cantik yang bisa bahagia. Menjadi cantik adalah segalanya. Kau dapatkan perhatian, rasa kagum dan balasan cintamu jika kau memiliki wajah yang menarik. Apa aku salah?


Yoon Bomi sudah siap,bahkan sangat siap. Gadis bertubuh langsing dan berambut pirang kecoklatan itu memperhatikan pantulan dirinya di cermin, sekali lagi.
"baiklah, aku benar-benar siap sekarang"

"bomi-yaa! sarapan dulu!" suara seruan namun lembut itu membuat Bomi langsung menyambar tasnya dan langsung turun.

"siap untuk hari pertamamu di SMA, sayang?" sapa nyonya Yoon kepada putrinya yang menurutnya sangat cantik, walaupun tanpa riasan dan rambut yang juga diberi sedikit sentuhan blower, lengkap dengan jepitan kecil lucunya itu. Ibu Yoon mengolesi beberapa lembar roti tawar dengan selai kacang.

"ya, aku belum pernah merasa sesiap ini, eomma" Bomi duduk dan langsung menyambar salah satu roti. Sesaat tidak ada yang berbicara.

"oh iya, ibu dengar teman mu juga bersekolah disana, ya?" tanya nyonya Yoon
 Bomi tidak terlalu memperhatikan "temanmu" yang dimaksud ibunya karna terlalu sibuk merapikan riasan dan rambutnya.

"aku harus pergi sekarang, eomma. terimakasih sarapannya! ini enak sekali. Annyeong eomma!" Bomi langsung melesat.

"dasar anak itu, setengah roti saja tidak dia habiskan" ny. Yoon geleng kepala sambil membereskan piring sarapan.

*****

"ini dia"  gumam Bomi sesaat setelah sampai di gerbang sekolah.Bomi memang merasa berbeda karna setiap pasang mata, baik laki-laki maupun perempuan melihat padanya, siswa-siswa berbisik-bisik ingin tahu.

"siapa gadis cantik itu?" raut wajah itulah yang kira-kira tergambar dari setiap orang yang lewat.

Baiklah, jika kita pikir Bomi adalah gadis yang memang terlahir cantik dan modis, maka salah besar.

Flashback

"Yoon Bomi! maukah kau menolong ibu sebentar?"
"ne.." anak gadis itu menurut dengan cepat.
"tolong bawakan kertas-kertas ini ke kantor guru, ya?"

Bomi, yang masih kelas 2 SMP memang menjadi andalan guru-guru. Dia pintardan tangguh. Bomi sering dimintai oleh guru untuk memeriksa hasil ulangan dan membawa barang-barang guru. Bomi adalah siswi SMP yang sangat biasa, penampilannya. Rambutnya yang hitam legam hanya dikuncir satu rendah atau dikuncir dua rendah juga, kadang dia mengepang rambutnya dan itu membuatnya terlihat semakin "patuh". Seragam sekolah Bomipun benar-benar taat aturan sekolah.

Namun, menjadi tidak menarik bukanlah alasan untuk membatasi diri. Setidak menariknya seorang Yoon Bomi, ia hanyalah seorang gadis, Bomi jatuh cinta, pada seorang Mark Tuan. Cassanova pemilik senyuman maut dan pemilik hati banyak wanita, termasuk dirinya.

Awalnya, Bomi merasa tidak ada yang salah dengan menyukai seseorang, sekalipun itu seorang pangeran cassanova layaknya Mark. Namun perlahan Bomi sadar bahwa hal itu akan menjadi masalah, karna dirinya. Diri Yoon Bomi sangat tidak pantas jika disandingkan dengan Mark. Namun tidak ada didunia ini yang lebih menghancurkan perasaannya ketika ia lewat dikoridor kelas dan mendengar beberapa siswa bercakap-cakap.

"yya, Mark! apa pendapatmu tentang gadis kesayangan guru itu?" tanya Jae Bum

"Yoon Bomi?" Mark memastikan gadis yang dimaksud.

"ya... kalau menurutku, dia memang agak manis, kalau kacamatnya dilepas" timpal Jinyoung.

Mark diam saja lalu tersenyum miring.
"manis? ya ampun, mata kalian sudah rusak, ya? Apakah kata 'manis' cocok disandangkan padanya? dengan kacamata hitam seperti monyet kacamata dan kunciran anehnya itu?" seru Mark pada kawan-kawannya yang disambut gelak tawa tanpa henti.

DEG. jantung Bomi serasa jatuh ke lantai.Matanya membelalak namun tatapannya kosong. Air matanya menggenang dan akhirnya jatuh beberapa tetes menuruni pipinya.

"hahahaha, Mark itu tadi lucu seka...."

BRAK!
Pintu kelas dihempaskan oleh seseorang, mengagetkan orang-orang kejam yang suka mencaci orang lain itu. Mereka hanya bisa melongo, "kenapa dia ada disini?"

Bomi berjalan masuk kedalam, wajahnya dingin namun tatapannya tampak geram, marah dan kecewa. Air matanya tidak berhenti keluar. Bomi berhenti di depan Mark yang mendongak menatapnya kaget. Napas Bomi sesak. Bomi melepas kacamatanya.

"ini membuatku terlihat seperti monyet kan?" Bomi menghempaskan kacamatanya kelantai, menginjaknya, memungutnya lagi dan menghempaskannya di meja Mark Tuan.

"dan rambut aneh ini!" bomi menyambar gunting dan memotong rambutnya yang dikepang satu sepanjang punggung dengan kasar. Bomi tidak peduli lagi bagaimana tampangnya setelah ini. Namun yang ia tau, hatinya sakit.Bomi melempar rambut itu tepat di hidung Mark Tuan.

"kau puas?!? gadis aneh ini...." Bomi tidak kuasa melanjutkan kata-kata karna tenggorokannya sakit menahan tangis. Bomi berlari keluar meninggalkan mereka yang merasa "agak" bersalah.

Bomi menangis di kamarnya semalaman. Bomi jadi sangat jarang masuk sekolah, namun masih bisa lulus dengan baik karna ia siswi yang cerdas. Bomi tidak menceritakan hal itu pada orangtuanya.Bomi hanya minta pindah rumah dan sekolah karna dia bilang tidak merasa cocok dengan teman-temannya sekarang.
Bomi ingin pergi jauh dari sini, tidak ingin bertemu teman-temannya lagi. Karna itu keluarga Bomi pindah dari Ilsan ke Seoul. Mendaftarkan diri ke salah satu SMA yang tidak memungkinkan Bomi bertemu dengan teman-temannya lagi.Dan disanalah Bomi akan bersekolah, Cube High School.

Sakit hatinya tidak pernah membuat Bomi menjadi orang yang sama. Bomi tidak pernah tampil dengan rambut panjang di kuncir sederhana atau dikepang lagi. Rambut sebahu di cat pirang kecoklatan yang diikalkan dan menimbulkan kesan manis. Kacamatanya berganti menjadi lensa kontak. Buku-buku di meja belajarnya di gantikan oleh alat make up dan foto-foto dirinya yang baru.Lemarinya jadi penuh oleh baju-baju berbagai mode dan warna lengkap dengan aksesoris girly lainnya.

Dicampakkan membuat Bomi haus akan perhatian. Dan ia lakukan apapun untuk dapatkan perhatian itu, termasuk membuang dirinya yang dulu, selamanya.

Flashback end

Bomi menyusuri lorong, mencari kelasnya, 10-2.
"bukankah yang ini?" tanya Bomi pada dirinya sendiri lalu menengok kedalam kelas. Beberapa anak sedang mengobrol dan yang lain berlarian dikelas. Memang tidak ada yang Bomi kenal tapi itu membuatnya senang.. Bomi melangkah masuk, suasana menjadi hening, anak laki-laki tidak mengalihkan pandangan darinya.

Bomi tersenyum manis dan membungkukkan badan, membuat laki-laki manapun igin memiliki si pemilik senyum itu.

Waktu istirahat
"namamu Bomi kan?" Tanya seorang siswa. Bomi duduk di bangkunya dikelilingi seisi kelas, laki-laki dan perempuan.

"ne, salam kenal"

"wah, gaya rambut mu keren" komentar Euji, seorang penggila fashion.

"benarkah? terimakasih" sahut Bomi senang.

"oh ya, kau datang dari SMP Seungri di Ilsan kan?"

"ya, benar" jawab Bomi singkat.

"tapi... bukankah disini tidak ada murid dari SMP Seungri, apakah kau tidak kesepian?" tanya yang lain.

Memang itulah tujuannya

"hmmm.. memang tidak ada. Maukah kalian menjadi temanku?" ujar Bomi sekali lagi dengan senyumnya.

"tentu saja!" sahut seluruh anak laki-laki serempak

"hahaha, aku ke toilet sebentar"

"cepat kembali, ya Bomi-ssi" rengek siswa-siswa yang membuat siswisiswi jadi mual.

Di perjalanan ke toilet, Bomi tidak segaja menarik kalungnya saat merapikan rambut. Seseorang memungut kalung itu sebelum Bomi melakukannya.

"ini milikmu?" tanya namja itu sambil menyodorkan kalung tersebut. Melainkan menerimanya, Bomi hanya menatap namja itu tidak percaya.

"yoon Bomi, kau mengecat rambutmu?" tanya namja itu.

Bomi kaget namun berusaha tidak menampakkannya "mark tuan?" Bomi bergumam dalam hati, memastikan penglihatannya.

Bomi buru-buru mengambil kalung itu.
"wah, trimakasih. mm... siapa namamu?" ya, saat ini Bomi adalah orang lain. Bomi yang lama sudah mati dan Mark tidak boleh mengenalinya.

Mark hanya diam.

"Baiklah, aku harus pergi. sampai jumpa" Bomi langsung pergi.

******

Di toilet

"tidak..tidak. dia tidak boleh mengenaliku. Aku harus pura-pura baru melihatnya hari ini" Bomi berkata pada bayangannya di cermin toilet.

Bomi sangat jengkel, kenapa di antara seluruh murid Seungri, kenapa? kenapa? kenapa Mark Tuan?!?

******

Bomi kembali merapikan riasan dan rambutnya. Ia harus tetap tampak cantik.

Istirahat kedua, Bomi bermaksud ke toilet lagi. Namun ia bertabrakan dengan... langsung saja, Mark Tuan.
Bomi agak kaget namun langsung mengatur ekspresinya.

"oh? mianhae" Bomi menampilkan senyum termanisnya.

"apa yang terjadi padamu?" tanya Mark sambil memperhatikan dandanan Bomi.

"wae? aku tidak megerti maksudmu. Tunggu, apa kita pernah bertemu?"

Mark menaikkan sebelah alisnya, heran dengan tingkah yeoja didepannya.

"oh iya! kau yang memungut kalungku tadi itu ya? senang bertemu denganmu lagi" ujar Bomi mengulurkan tangannya ingin berkenalan.

"kau.. Yoon Bomi kan?" selidik Mark.

"ya, kau bisa lihat nametag ku. oh, namamu... Mark Tuan? salam kenal, ya" Bomi berkata dengan wajah ceria.

Apakah aktingku cukup bagus?

"kau pikir bisa mengubah apa dengan menjadi seperti ini?" pangkas Mark, tepat sasaran. Bomi tertegun, terdiam dan kaget. Memori pahit yang dulu dirasakannya kembali terputar, membuat hatinya sakit.

"hahaha, apa sih yang kau bicarakan?"

"hentikan sekarang juga, Yoon Bomi"

Bomi terdiam, menatap Mark dengan barusaha tidak menampakkan emosinya.

" lalu... kau ingin aku melakukan apa?" ujar Bomi pelan. Tanpa menunggu jawaban Mark, Bomi langsung berlalu.

******
Bel pulang berbunyi.

"bomi-ya... ayo pulang bersama." pinta Sungjae.
"jangan, denganku saja! aku bawa mobil" sela Minhyuk
"tidak!"
"denganku saja!"

dan beberapa namja lain juga ikut dalam perang mengantar Bomi pulang.

"hahaha, tidak usah aku pulang sendiri saja" Bomi lalu bangkit dengan tasnya. Namun namja-namja itu masih mengekor Bomi menyusuri lorong, tanpa menyadari Mark Tuan memperhatikan dari belakang gerombolan itu.

******
Bomi melempar tasnya asal ke atas kasur. Kembali menghadap cermin rias. memperhatikan dirinya.
"apakah monster itu tetap masih terlihat jelas?" ujar Bomi memeriksa setiap detil wajahnya.

"ah, siapa yang peduli dengan orang itu. hanya dia yang tau kan? kalaupun dia membeberkan rahasiaku, pasti orang-orang tidak akan percaya" simpul Bomi sambil merogoh ponsel.

Sudah masuk beberapa sms dari namja-namja yang baru dikenalnya hari ini yang memohon meminta nomor ponselnya.

Bomi tersenyum puas.

"Bomi-yaa, sedang apa?"
"Bomi-ya, besok ayo pulang bersama"
"bomi-ya, apakah sudah makan?"


Ya, inilah yang dari dulu ingin dirasakannya. Perhatian dan rasa kagum. Bomi tidak mau dibuang lagi.

******

Pagi yang cerah, Bomi siap berangkat. Ia melihat anak laki-laki berjalan di depannya. Seragam yang dipakainya sama dengan milik Bomi. Namun, "tunggu dulu... potongan rambut itu..." Bomi menebak dengan kurang yakin. Namun ternyata benar itu Mark Tuan. Dan sayangnya orang itu menoleh kebelakang, membuat Bomi menghentikan langkahnya.

Mark menatap Bomi, sedetik kemudian Mark tersenyum.

"selamat pagi" sapa Mark .

Bomi terbelalak tidak percaya. Mark Tuan yang kemarin menudingnya, sekarang bersikap seolah-olah mereka teman?

Bomi diam saja di tempatnya, Mark menatapnya sepenuh hati "kau tidak akan ke sekolah?"

Bomi tersadar lalu berjalan dengan cepat dan mendahului Mark tanpa berkata apapun. Mark juga tidak berusaha menahannya.

******

"apa Mark Tuan tinggal di dekat rumahku? aish..." rutuk Bomi dalam hati. Makanannya tidak nafsu ia habiskan lagi.

Namja-namja yang selalu mengikuti kemana Bomi pergi sekarang menamai diri mereka dengan "Bomi Sasaeng". Bukan untuk mencelakai Bomi namun melidungi Bomi sepenuh jiwa mereka, begitu katanya.

Bomi beranjak pergi dan di ikuti oleh Bomi Sasaeng. Bomi berjalan dengan ceria

"Bomi-ya, apakah kau sudah ada persiapan untuk ulangan matematika?" tanya Hyunsik, anak yang selalu dapat skor sempurna dalam pelajaran matematika.
"ah! aku lupa! Hyun sik-ah, bisakah kau mengajariku?" pinta Bomi dengan manis. Hyunsik langsung berbinar dan mengangguk cepat.
Bomi sasaeng yang lain tidak mau kalah, mereka berebut untuk mengajari Bomi apa yang mereka bisa. Dan Bomi merasa senang.

Namun sepasang mata dan telinga yang mendengar mereka dari tadi tidak senang.
"tidak bisa matematika?" Mark bergumam.

"aku harus ke toilet, kalian boleh duluan ke kelas" ujar Bomi pada pasukannya itu.
"tapi..."
"itu perintah"
mereka berpandangan satu sama lain lalu membubarkan diri.

Bomi kembali memeriksa penampilannya, dan menemukan setitik kecil saus pada kerah kemejanya.
"ya ampun..." Bomi lalu membasuhnya dengan perlahan.

Selesai dengan urusannya, Bomi keluar. Belum sempat melagkah, suara itu menghentikannya.

"sepertinya kau cukup populer disini"

Bomi bergidik, megenal suara itu dengan baik.

"oh, halo. kau.. Mark, benar?" sapaan Bomi juga tak kalah semangat.

Dahi Mark bertaut "berhentilah bersandiwara seperti ini"

"tidak akan" bomi balas menatap Mark dengan tajam.

 Mark tersenyum kecil "kau tidak pantas bertingkah seperti ini, Yoon Bomi"

Kata-kata yang menyakitkan bagi Bomi."kenapa kau tidak biarkan saja aku sendiri? memang berapa harga gadis aneh sepertiku bagimu?"

"hh.. masalah itu, aku..."

"aku sudah memafkanmu, jika yang akan kau lakukan sekarang adalah minta maaf" potong Bomi.
"aku tidak peduli apakah kau akan membeberkan identitasku yang sebenarnya, itu terserahmu. tapi permintaan maafmu terpaksa ku tolak jika kau melakukan itu. entah itu berarti bagimu atau tidak, Mark Tuan" sambung Bomi.

"pergilah  temui gadis impianmu, bukankah disini banyak gadis cantik? bahkan sepertinya tidak satupun yang terlihat aneh, manfaatkanlah kepopuleranmu" ujar Bomi sebelum ia pergi.

Mark hanya diam. Ia berusaha menjelaskan sesuatu, namun ia mengerti, sangat mengerti bahwa Bomi sangat tersakiti olehnya. Tidak akan mudah bagi Bomi untuk bicara bahkan memaafkannya. Sebenarnya Mark meyesal telah berbicara seperti itu dulu, namun Mark memiliki maksud tersendiri.

******

Tidak ada komentar:

Posting Komentar